Blogger

Gas Chromatography (GC)

Gas Chromatography (GC)

Kromatografi gas adalah suatu pemisahan komponen dalam fasa gas atau komponen yang mudah menguap dengan pemanasan tanpa terdegradasi.

prinsipnya sama dengan prinsip kromatografi pada umumnya, yang berdasarkan atas partisi atau adsorpsi komponen yang dianalisis di antara dua fasa yaitu fasa gerak dan fasa diam.

Dalam kromatografi gas, fasa mobil berbentuk gas yang dinamakan gas pembawa dan analit-analit yang akan dianalisis harus larut atau bercampur dengan baik sehingga mudah terbawa oleh gas pembawa tersebut. Fasa diamnya dapat berupa cairan atau padatan, untuk itu dikenal 2 type kromatografi gas yaitu :

a. Kromatografi padatan gas

Fase bergerak dalam GSC berupa gas sedangkan fase diamnya berupa padatan seperti molekular sieve, chromosob, dan porapak. Proses yang terjadi dalam Gas Solid Chromatography (GSC) adalah proses adsorbsi.

b. Kromatografi Cairan Gas

Fase bergerak dalam GLC berupa gas sedangkan fase diamnya berupa cairan yang stabil dan inert. Proses yang terjadi adalah proses partisi. GLC lebih disukai karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :

1) Sederhana dan lebih murah.

2) Sensitifitasnya baik.

3) Waktu pemisahannya sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh cepatnya kesetimbangan yang terjadi antara fase diam dan fase bergerak.

4) Hanya memerlukan sejumlah kecil contoh. Biasanya dalam ukuran mikro liter.

5) Dapat digunakan untuk analisis kualitatif, yaitu dengan membandingkan waktu retensi, dan analisis kuantitatif, yaitu dengan perhitungan luas puncak.

6) Alat GLC dapat dipakai dalam waktu lama dan berulang-ulang.

Teknik kromatografi gas dapat digunakan untuk menganalisis campuran kompleks yang mana kandungannya dapat dibedakan secara baik menurut sifat alami dan volatilnya. Dalam banyak hal, kromatografi gas adalah suatu metode mikroanalitik di mana pemisahannya dilakukan dalam orde miligram bahkan mikrogram.

Prinsip kerja alat ini adalah proses partisi (pemisahan komponen). Mula-mula cairan yang diinjeksikan dijadikan gas (melalui pemanasan). Jika dialirkan gas pembawa sebagi fase geraknya, maka molekul cuplikan yang dibawa oleh gas akan tertahan oleh fasa cair. Lamanya penahanan komponen tergantung pada afinitas komponen dengan fasa cair.

Bila penahanannya lemah, maka waktu tambatnya akan lebih cepat, sehingga komponen dapat segera keluar dari kolom. Bila afinitasnya kuat, maka penahanan akan lebih lama, sehingga waktu tambatnya akan lebih lama pula. Sehingga dapat terjadi pemisahan zat pada kolom dalam analisis khromatografi gas.

Bagian-bagian dari GC yaitu :

a. Gas Pembawa

Pemilihan gas pembawa yang akan digunakan harus sesuai dengan detektor yang dipakai. Misalnya hydrogen atau helium dengan detektor Catarometer, nitrogen atau helium dengan Flame Ionisation Detektor (FID), nitrogen atau campuran argon-metana dengan Elektron Capture Detector.

Gas pembawa harus murni dan inert, zat cair dan oksigen merupakan pengotor yang sering diabaikan. Kandungan zat air dan oksigen dalam gas pembawa yang agak tinggi, dengan adanya kenaikan suhu dapat menyebabkan terdegradasinya beberapa jenis fasa diam.

Kemurnian gas pembawa juga dapat mempengaruhi unjuk kerja sistem detektor. Adanya oksigen pada penggunaan ECD akan memberikan noise yang tinggi dan buruknya fungsi detektor.

Jenis gas yang digunakan tergantung jenis analisis yang dilakukan.

Ø Nitrogen : Untuk pengukuran kadar Asam Asetat, Paraksilena, dan Metil Asetat.

Ø Argon : untuk pengukuran kadar CO, CO2, O2.

Ø Hidrogen : untuk pengukuran kadar Hidrogen.

b. Gas penambah

Penggunaan detektor tertentu seperti halnya FID, memerlukan gas lain (udara dan hidrogen ) disamping gas pembawa untuk menyalakan detektor. Gas penambah ini perlu dimurnikan dahulu, karena umumnya mengandung hidrokarbon.

c. Injektor (Gerbang Suntik)

Injektor merupakan tempat memasukkan contoh ke dalam sistem. Contoh perlu dimasukkan ke dalam sistem secepat mungkin dan volume yang sekecil mungkin. Untuk mempercepat penguapan larutan contoh yang disuntikkan, Injektor dilengkapi dengan pemanas dan termostat yang digunakan untuk mengatur panas di bagian tersebut. Bagian ini dibuat sedemikian rupa sehingga contoh yang sudah berbentuk uap dapat terbawa masuk kedalam kolom. Contoh dalam bentuk larutan yang volumenya kecil diinjeksikan dengan mikrosiring. Contoh dalam bentuk gas dimasukkan ke dalam sistem dengan menggunakan siring yang rapat. Contoh padat dapat diinjeksikan dengan alat yang khusus, akan tetapi padatan sebaiknya dilarutkan dahulu sehingga lebih mudah menginjeksikannya.

Injektor sangat banyak macamnya, tetapi pemilihanya disesuaikan dengan jenis kolom yang akan digunakan dan contoh yang akan dianalisis. Injektor yang banyak dipakai : injektor dengan septum, vanne injektor, split injektor, splitless injektor dan injektor on-coloumn.

c. Kolom

Dapat dikatakan kolom adalah bagian terpenting dalam kromatografi gas, karena di dalam kolom terjadi proses pemisahan komponen yang diinjeksikan. Bahan pembuat kolom diantaranya logam, kaca dan plastik. Sedangkan bahan pengisi kolom sebagai fase diam contohnya Kieshelguh, dan polimer silikon oksigen (Chromosorb).

Kolom dalam kromatografi gas dibedakan dalam 2 type :

1. Kolom yang diisi

2. Kolom kapiler

d. Detektor

Detektor adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Jenis detektor yang biasa digunakan anatara lain:

Ø TCD (Thermal Conductovity Detector) : detektor daya hantar panas

Ø FID (Flame Ionization Detektor) : detektor ionisasi nyala.

Ø ECD (Electron Capture Detektor) : detektor penangkap elektron.

Ø FPD (Flame Photometric Detektor) : detektor fotometri nyala.

Keunggulan metode kromatografi gas antara lain :

a. Waktu pemisahan cepat.

b. Sederhana, karena mudah dioperasikan.

c. Sensitif.

d. Daya pisah yang baik.

e. Dapat digunakan untuk analisis baik kualitatif maupun kuantitatif.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada kromatografi gas :

a. Suhu kolom

b. Tekanan uap komponen

c. Kecepatan alir fasa gerak

d. Program suhu

e. Proses difusi

f. Sifat kepolaran fasa diam


Secara sistematik diagram alat GC dapat digambarkan sebagai berikut :




 

Gas Chromatography (GC)

Kromatografi gas adalah suatu pemisahan komponen dalam fasa gas atau komponen yang mudah menguap dengan pemanasan tanpa terdegradasi.

prinsipnya sama dengan prinsip kromatografi pada umumnya, yang berdasarkan atas partisi atau adsorpsi komponen yang dianalisis di antara dua fasa yaitu fasa gerak dan fasa diam.

Dalam kromatografi gas, fasa mobil berbentuk gas yang dinamakan gas pembawa dan analit-analit yang akan dianalisis harus larut atau bercampur dengan baik sehingga mudah terbawa oleh gas pembawa tersebut. Fasa diamnya dapat berupa cairan atau padatan, untuk itu dikenal 2 type kromatografi gas yaitu :

a. Kromatografi padatan gas

Fase bergerak dalam GSC berupa gas sedangkan fase diamnya berupa padatan seperti molekular sieve, chromosob, dan porapak. Proses yang terjadi dalam Gas Solid Chromatography (GSC) adalah proses adsorbsi.

b. Kromatografi Cairan Gas

Fase bergerak dalam GLC berupa gas sedangkan fase diamnya berupa cairan yang stabil dan inert. Proses yang terjadi adalah proses partisi. GLC lebih disukai karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :

1) Sederhana dan lebih murah.

2) Sensitifitasnya baik.

3) Waktu pemisahannya sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh cepatnya kesetimbangan yang terjadi antara fase diam dan fase bergerak.

4) Hanya memerlukan sejumlah kecil contoh. Biasanya dalam ukuran mikro liter.

5) Dapat digunakan untuk analisis kualitatif, yaitu dengan membandingkan waktu retensi, dan analisis kuantitatif, yaitu dengan perhitungan luas puncak.

6) Alat GLC dapat dipakai dalam waktu lama dan berulang-ulang.

Teknik kromatografi gas dapat digunakan untuk menganalisis campuran kompleks yang mana kandungannya dapat dibedakan secara baik menurut sifat alami dan volatilnya. Dalam banyak hal, kromatografi gas adalah suatu metode mikroanalitik di mana pemisahannya dilakukan dalam orde miligram bahkan mikrogram.

Prinsip kerja alat ini adalah proses partisi (pemisahan komponen). Mula-mula cairan yang diinjeksikan dijadikan gas (melalui pemanasan). Jika dialirkan gas pembawa sebagi fase geraknya, maka molekul cuplikan yang dibawa oleh gas akan tertahan oleh fasa cair. Lamanya penahanan komponen tergantung pada afinitas komponen dengan fasa cair.

Bila penahanannya lemah, maka waktu tambatnya akan lebih cepat, sehingga komponen dapat segera keluar dari kolom. Bila afinitasnya kuat, maka penahanan akan lebih lama, sehingga waktu tambatnya akan lebih lama pula. Sehingga dapat terjadi pemisahan zat pada kolom dalam analisis khromatografi gas.

Bagian-bagian dari GC yaitu :

a. Gas Pembawa

Pemilihan gas pembawa yang akan digunakan harus sesuai dengan detektor yang dipakai. Misalnya hydrogen atau helium dengan detektor Catarometer, nitrogen atau helium dengan Flame Ionisation Detektor (FID), nitrogen atau campuran argon-metana dengan Elektron Capture Detector.

Gas pembawa harus murni dan inert, zat cair dan oksigen merupakan pengotor yang sering diabaikan. Kandungan zat air dan oksigen dalam gas pembawa yang agak tinggi, dengan adanya kenaikan suhu dapat menyebabkan terdegradasinya beberapa jenis fasa diam.

Kemurnian gas pembawa juga dapat mempengaruhi unjuk kerja sistem detektor. Adanya oksigen pada penggunaan ECD akan memberikan noise yang tinggi dan buruknya fungsi detektor.

Jenis gas yang digunakan tergantung jenis analisis yang dilakukan.

Ø Nitrogen : Untuk pengukuran kadar Asam Asetat, Paraksilena, dan Metil Asetat.

Ø Argon : untuk pengukuran kadar CO, CO2, O2.

Ø Hidrogen : untuk pengukuran kadar Hidrogen.

b. Gas penambah

Penggunaan detektor tertentu seperti halnya FID, memerlukan gas lain (udara dan hidrogen ) disamping gas pembawa untuk menyalakan detektor. Gas penambah ini perlu dimurnikan dahulu, karena umumnya mengandung hidrokarbon.

c. Injektor (Gerbang Suntik)

Injektor merupakan tempat memasukkan contoh ke dalam sistem. Contoh perlu dimasukkan ke dalam sistem secepat mungkin dan volume yang sekecil mungkin. Untuk mempercepat penguapan larutan contoh yang disuntikkan, Injektor dilengkapi dengan pemanas dan termostat yang digunakan untuk mengatur panas di bagian tersebut. Bagian ini dibuat sedemikian rupa sehingga contoh yang sudah berbentuk uap dapat terbawa masuk kedalam kolom. Contoh dalam bentuk larutan yang volumenya kecil diinjeksikan dengan mikrosiring. Contoh dalam bentuk gas dimasukkan ke dalam sistem dengan menggunakan siring yang rapat. Contoh padat dapat diinjeksikan dengan alat yang khusus, akan tetapi padatan sebaiknya dilarutkan dahulu sehingga lebih mudah menginjeksikannya.

Injektor sangat banyak macamnya, tetapi pemilihanya disesuaikan dengan jenis kolom yang akan digunakan dan contoh yang akan dianalisis. Injektor yang banyak dipakai : injektor dengan septum, vanne injektor, split injektor, splitless injektor dan injektor on-coloumn.

c. Kolom

Dapat dikatakan kolom adalah bagian terpenting dalam kromatografi gas, karena di dalam kolom terjadi proses pemisahan komponen yang diinjeksikan. Bahan pembuat kolom diantaranya logam, kaca dan plastik. Sedangkan bahan pengisi kolom sebagai fase diam contohnya Kieshelguh, dan polimer silikon oksigen (Chromosorb).

Kolom dalam kromatografi gas dibedakan dalam 2 type :

1. Kolom yang diisi

2. Kolom kapiler

d. Detektor

Detektor adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Jenis detektor yang biasa digunakan anatara lain:

Ø TCD (Thermal Conductovity Detector) : detektor daya hantar panas

Ø FID (Flame Ionization Detektor) : detektor ionisasi nyala.

Ø ECD (Electron Capture Detektor) : detektor penangkap elektron.

Ø FPD (Flame Photometric Detektor) : detektor fotometri nyala.

Keunggulan metode kromatografi gas antara lain :

a. Waktu pemisahan cepat.

b. Sederhana, karena mudah dioperasikan.

c. Sensitif.

d. Daya pisah yang baik.

e. Dapat digunakan untuk analisis baik kualitatif maupun kuantitatif.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada kromatografi gas :

a. Suhu kolom

b. Tekanan uap komponen

c. Kecepatan alir fasa gerak

d. Program suhu

e. Proses difusi

f. Sifat kepolaran fasa diam


Secara sistematik diagram alat GC dapat digambarkan sebagai berikut :




 

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang lebih dikenal dibandingkan dengan kromatografi cairan kinerja tinggi (KCKT) merupakan teknik analisis pemisahan sekaligus penentuan kualitatif maupun kuantitatif yang banyak digunakan pada senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih tinggi yang tidak dapat dilakukan dengan analisis secara kromatografi gas.

Prinsip pemisahannya sama dengan prinsip kromatografi pada umumnya yaitu berdasarkan pada perbedaan sifat dalam distribusi kesetimbangan (K) dari 2 komponen yang berbeda fasanya (fasa diam dan fasa gerak). HPLC terdiri dari fasa diam dengan permukaan aktifnya yang berupa padatan, resin penukar ion, atau polimer berpori yang ditempatkan pada kolom serta dialiri fase gerak cair dengan aliran yang diatur oleh suatu pompa. Analisis dengan HPLC dilakukan pada temperatur rendah serta dengan adanya kompetisi 2 fase (gerak dan diam). Migrasi dari molekul komponen akan sebanding dengan koefisien distribusinya, maka komponen dengan distribusi tinggi pada fase diam akan bergerak lebih perlahan didalam kolom sehingga dapat terpisah dari komponen yang distribusinya rendah.

Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Jumlah peak pada kromatogram menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran HPLC.

Teknik dalam HPLC :

a. Sebagai fase mobil/fase gerak berbentuk cairan.

b. Sebagai fase stasioner/fase diam, dapat berbentuk padatan atau cairan.

Secara sistematik diagram alat HPLC dapat digambarkan sebagai berikut:


Keunggulan HPLC diantaranya adalah:

a. Dapat menganalisis senyawa organik yang terurai (labil) pada suhu tinggi karena HPLC dilakukan pada suhu kamar.

b. Dapat menganalisis cuplikan yang berasal dari senyawa-senyawa anorganik.

c. Dapat menganalisis cuplikan yang memiliki berat molekul tinggi atau titik didihnya sangat tinggi seperti polimer.

Jenis-jenis kromatografi cairan kinerja tinggi (HPLC) yaitu :

a. Kromatografi adsorbsi

Kromatografi adsorbsi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa yang bersifat agak polar. Partikel-partikel silika atau alumina biasanya digunakan sebagai adsorben. Jenis kromatografi ini menggunakan fasa gerak non polar seperti heksana dan disebut jugakromatografi fasa normal.

b. Kromatografi partisi

Kromatografi partisi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa non polar. Jenis kromatografi ini disebut dengan kromatografi fasa terbalik karena fasa geraknya lebih polar daripada fasa diam. Salah satu kendala kromatografi ini adalah keterbatasan selektivitas sebagai ketidakcampuran kedua fasa. Karena keterbatasan ini maka kromatografi partisi tidak digunakan lagi sebagai teknik analisis rutin.

c. Kromatografi fasa terikat

Kromatografi fasa terikat merupakan teknik HPLC yang paling penting dan paling banyak digunakan saat ini. Dalam hal penerapann kromatografi fasa terikat dan kromatografi partisi memiliki persamaan. Akan tetapi, sorben fasa terbalik terdiri dari partikel silika yang dimodifikasi secara kimia dengan rantai alkil sebaliknya, fasa diam pada kromatografi partisi terdiri dari partikel yang dilapisi secara fisik dengan zat cair non polar.

Keuntungan kromatografi fasa terikat, yaitu :

1) Merupakan fasa yang stabil

2) Kepolaran fasa gerak dapat diubah selama proses pemisahan berlangsung bila kepolaran solut-solut bervariasi.

3) Kolom mempunyai umur panjang.

4) Memiliki keterulangan waktu retensi yang baik.

5) Lebih ekonomis.

d. Kromatogarfi penukar ion

Kromatografi penukar ion merupakan teknik pemisahan campuran ion-ion atau molekul-molekul yang dapat diionkan. Ion-ion bersaing dengan ion-ion fase gerak untuk memperebutkan tempat berikatan dengan fasa diam. Dasar pemisahan kromatografi ini berasal dari perbedaan afinitas senyawa bermuatan terhadap permukaan penukar ion.

e. Kromatografi ekslusi ukuran

Ukuran molekul merupakan kriteria utama dalam pemisahan dengan kromatografi ekslusi ukuran. Pemisahan terjadi karena solut-solut berdifusi masuk dan keluar pori-pori paking kolom. Molekul-molekul yang lebih besar dari diameter pori-pori akan melewati kolom secara cepat dan dikenal dengan istilah volume terekslusi begitu pula sebaliknya. Teknik ini berguna untuk mengkarakterisasi distribusi berat molekul polimer, pemurnian cuplikan biologis dan pemisahan senyawa-senyawa dengan berat molekul 2000 atau lebih.

Di bawah ini beberapa komponen-komponen KCKT secara umum, antara lain :

a. Eluen (pelarut)

Tempat pelarut biasanya menggunakan suatu botol yang tahan terhadap pelarut-pelarut organik dan larutan yang digunakan untuk KCKT haruslah terbebas dari partikel-partikel dari gas/udara. Hal ini dikarenakan:

1) Adanya partikel dalam larutan bisa terbawa masuk ke dalam pompa, hal ini dapat mengakibatkan tersumbatnya aliran pelarut tersebut.

2) Udara yang masuk ke dalam pompa dapat mengganggu kestabilan pemompaan dan jumlah volume tetap yang dipakai akan terganggu.

3) Selain itu pada kolom dan detektor akan mengalami gangguan.

Adapun ciri-ciri yang harus dimiliki oleh fase gerak pada KCKT, yaitu :

1) Kemurnian tinggi (high purity), yaitu cairan eluen yang tidak terkontaminasi.

2) Kestabilan tinggi, yaitu eluen yang tidak bereaksi dengan sampel atau zat yang berfungsi sebagai fase diam.

3) Kekentalan rendah, yaitu kerapatan eluen sekecil mungkin.

4) Dapat melarutkan sampel, tidak mengubah kolom dan sifat kolom serta cocok dengan detektor.

b. Sistem Pemompaan

Peralatan yang digunakan sebagai pompa dalam sistem KCKT memiliki beberapa persyaratan :

1) Menghasilkan tekanan hingga 6000 psi

2) Keluaran yang bebas denyut

3) Kecepatan alir dalam kisaran 0, 1 – 10 ml/menit

4) Pengaturan kecepatan alir dengan keterulangan setara dengan 0,5 % atau lebih baik

5) Tahan terhadap korosi.

Tiga jenis pompa yang sering digunakan dalam sistem KCKT yaitu :

1) Pompa Bolak-balik (reciprocating pump)

Jenis pompa yang paling banyak digunakan. Kelebihan pompa jenis ini adalah volume internalnya kecil sekitar 35 – 400 μl, tekanan hingga 10.000 psi, kemampuan untuk adaptasi menggunakan elusi gradien, aliran yang konstan sehingga terbebas dari tekanan balik kolom dan akibat dari kekentalan solven.

2) Pompa Sistem Penggantian (displacement pump)

Sistem penggantian menggunakan sebuah wadah besar seperti syringe dengan sebuah penekan yang digerakan oleh motor. Menghasilkan aliran yang bebas tekanan balik, tidak dipengaruhi kekentalan dan bebas denyut. Kekurangan pompa jenis ini adalah kapasitas pompa terbatas hanya 250 ml dan cukup sulit saat solven harus mengalami penggantian.

3) Pompa Tekanan Udara (pneumatic pump)

Bentuk paling sederhana sebuah pompa pneumatik merupakan wadah yang ditekan oleh gas bertekanan tinggi. Harga relatif murah dan bebas denyut merupakan kelebihan jenis pompa ini. Kekurangannya terletak pada kapasitas terbatas, tekanan keluaran terbatas hanya sekitar 2000 psi, dipengaruhi oleh tekanan balik dan kekentalan solven dan tidak dapat digunakan untuk sistem elusi gradien.

c. Injeksi sampel

Sistem injeksi sampel merupakan keterbatasan dari sistem kromatografi cair. Masalah ini dapat menyebabkan pelebaran puncak sebagai akibat kolom yang kelebihan kapasitas. Sebagai akibatnya, volume injeksi harus dibatasi hingga kisaran maksimum 500 μl.

Proses injeksi pada awalnya menggunakan syringe melalui sebuah katup elastomer. Syringeyang digunakan memiliki kemampuan melawan tekanan 1500 psi. Aliran dihentikan sementara saat injeksi dan dikembalikan setelah sampel masuk ke aliran fasa gerak.

Metode pemasukkan sampel yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakansampling loop. Seringkali disatukan dalam sistem KCKT dengan kapasitas beragam 0,5 hingga 500 μl (Skoog et al., 1998)

d. Kolom KCKT

Kolom KCKT secara umum dibuat dari bahan tabung stainless steel, walaupun untuk tekanan di bawah 600 psi kolom kaca dapat digunakan. Kolom untuk analisis KCKT memiliki ukuran panjang kolom berkisar dari 10 – 30 cm berbentuk lurus dan jika diperlukan dapat disambung dengan kolom yang lain. Diameter dalam kolom 4 – 10 mm dengan ukuran partikel 5 – 10 μm. Kolom dari jenis ini mempunyai 40.000 hingga 60.000 lempeng/meternya.

Saat ini, pabrik pembuat kolom telah merancang dan memproduksi kolom dengan kecepatan dan kinerja tinggi. Beberapa kolom hanya memiliki panjang 1 hingga 4,6 cm dengan ukuran partikel 3 – 5 μm. Beberapa jenis kolom memiliki jumlah lempeng hingga 100.000 hanya dengan panjang 3 sampai 7,5 cm dengan kelebihan pada kecepatan dan sedikitnya solven yang diperlukan dalam pemisahan. Jumlah solven minimum menjadi pertimbangan penting karena mahalnya solven dengan tingkatan kromatografi (chromatography grade).

Dua jenis kolom digunakan dalam kromatografi cair yaitu jenis pellicular dan partikel berpori (porous particle). Jenis pellicular terdiri dari partikel dengan bentuk bola, tidak berpori berbahan dasar gelas atau polimer dengan diameter 30 hingga 40 μm. Lapisan tipis berpori silika, alumina, divinil benzen sintetis polystirena atau resin penukar ion dilapiskan pada permukaannya.

Jenis kolom dengan partikel berpori berisi partikel berpori dengan diameter partikel 3 – 10μm terbuat dari silika, alumina, resin sintetis divinil benzen polystirena atau resin penukar kation yang kemudian dilapisi lapisan tipis film berbahan organik sehingga berikatan secara kimia atau fisika terhadap permukaannya. (Skoog et al., 1998)

e. Detektor

Detektor ideal pada sistem KCKT mempunyai persyaratan :

1) Memiliki sensitifitas yang memadai. Kisaran umum sensitifitas berkisar dari 10-8 hingga 10-15gram zat terlarut per pembacaan

2) Stabil dan memiliki keterulangan yang baik

3) Respon yang linear terhadap kenaikan konsentrasi

4) Waktu respon yang singkat

5) Kemudahan pada penggunaan

6) Memiliki volume internal yang kecil untuk mengurangi pelebaran puncak

Beberapa jenis detektor yang digunakan pada sistem KCKT :

1) Detektor Absorban (UV-Vis)

Pada detektor absorban, aliran akan mengalir melalui detektor dari kolom kromatografi. Untuk meminimalkan pelebaran puncak, detektor dirancang dalam volume yang sekecil mungkin. Ukuran volume dibatasi 1 – 10 μl dengan panjang sel 2 – 10 mm. Umumnya sel detektor mampu menahan tekanan hingga 600 psi sehingga peralatan pengurang tekanan diperlukan sebelum aliran memasuki detektor.

2) Detektor Fluorescens

Detektor fluorescens yang digunakan sama halnya dengan detektor pada spektrofluoro-fotometer. Detektor paling sederhana menggunakan lampu merkuri sebagai sumber cahaya dan filter untuk mengisolasi panjang gelombang emisi radiasi. Lampu Xenon digunakan pada instrumen yang lebih baik dengan gratting sebagai monokromatornya.

3) Detektor Refraktif Indeks

Detektor jenis ini bekerja dengan mengukur nilai indeks bias yang senyawa yang melalui sel. Sel akan mengukur indeks bias solven fasa gerak sebagai blanko dan sampel secara bersamaan untuk mendapatkan nilai indeks bias relatif.

4) Detektor Elektrokimia

Detektor dengan mendasarkan kerjanya pada pengukuran arus listrik. Perubahan arus akan dideteksi terhadap waktu dan ditampakkan dalam bentuk kromatogram. Contoh penggunaan detektor adalah pada penetapan senyawa tiol dan disulfida.

5) Detektor Spektra Massa

Sejumlah fraksi kecil cairan dari kolom dimasukkan ke dalam spektrometer massa pada kecepatan alir 10 – 50 μl per menit atau menggunakan termospray. Analat akan diionisasikan, dipisahkan pada analisator, dibaca oleh detektor dan menghasilkan spektrum massa.

 

bertamu yuk :D

free counters

BLOG INFO

Bloggers - Meet Millions of Bloggers Didin Byur - Find me on Bloggers.com